21 April 2009

Usia 15–30 Rentan Narkoba

Kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) meningkat. Narkoba menyerang kalangan usia 15–30 tahun.

Sementara,pembentukan Badan Narkotika Kota (BNK) tampaknya tidak kuasa membendung laju peredaran narkoba. Wakil Wali Kota Palembang Tolha Hasan mengatakan, peningkatan jumlah penyalahgunaan narkoba terlihat dari adanya penegakan hukum,berupa pengungkapan kasus narkoba setiap tahun. Rata-rata per tahun terjadi peningkatan 38,54%.

”Ini terlihat dari grafik per tahunnya para pengguna narkoba yang ditangkap aparat penegak hukum,” ujar Tolha dalam peringatan Hari Antinarkoba di Palembang kemarin. Untuk jumlah penyalahgunaan narkoba, didominasi laki-laki dengan 764 pelaku atau sebesar 89,27%.

Sedangkan sisanya, perempuan sebanyak82pelakuatau10,73%. Tolha menjelaskan, peningkatan kasus penyalahgunaan narkoba terjadi pada pelaku narkoba kambuhan. Artinya, setelah direhabilitasi,mereka kembali menggunakan narkoba.Upaya untuk menyosialisasikan bahaya narkoba, menurutdia, sudah dilakukan, baik melalui penyuluhan, kampanye,maupun penerangan ke tingkat kelurahan, para pelajar dan instansi.

Penanganan masalah narkoba, ucap dia, harus dilakukan secara stimulan,komprehensif, dan multidimensional, yakni melalui pencegahan, penegakan hukum,terapi, dan rehabilitasi.

”Semua itu merupakan tugas kita bersama,” ujarnya. Selain itu, kata Tolha, bagi pelaku narkoba dan kambuhan juga diberikan terapi dan rehabilitasi.Malah,di Rumah Sakit Ernaldi Bahar,Palembang, tercatat sebanyak 53 orang per bulan yang mendapatkan layanan pengobatan. Layanan lain yang diberikan, kata dia,berupa layanan spiritual di Yayasan Ar-Rahman Tegal Binangun,Palembang.

Dari tahun 2000, jumlah penderita narkoba yang dirawat tercatat 480 orang,sedangkan 215 orang di antaranya menjalani rawat jalan. ”Saya juga mengimbau masyarakat Palembang senantiasa memberikan laporan kepada aparat kepolisian dan instansi terkait jika melihat adanya transaksi peredaran narkoba,”ungkapnya.

Sebab, tanpa peran serta seluruh elemen masyarakat, perang terhadap narkoba tidak akan terwujud dan program pemerintah 2015 bebas narkoba tinggal slogan dan sulit diwujudkan. Sementara itu,Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Kota (BNK) Palembang Zailani UD mengungkapkan, berdasarkan hasil penyelidikan, para pengguna narkoba biasanya berusia 15–30 tahun.

Sebagian besar para pelaku menggunakan narkoba jenis ekstasi dan ganja. ”Usia muda, khususnya kalangan pelajar, menjadi incaran empuk para pengedar. Saya tegaskan, jangan coba-coba menggunakan narkoba.Narkoba bukan lambang pergaulan, tetapi menghancurkan masa depan,”ungkapnya.

Zailani menjelaskan, untuk mengantisipasi peredaran narkoba, BNK Palembang terus menyosialisasikan, mengampanyekan, memberikan penyuluhan di tingkat pelajar, dan menebarkan pamflet di setiap sudut kota agar masyarakat mengetahui bahaya narkoba. Dia mengatakan, peningkatan jumlah pengguna narkoba lebih disebabkan adanya keseriusan aparat kepolisian dan instansi dalam memberantas peredaran narkoba.



Namun, sisi buruknya, masih ada saja yang menggunakan narkoba. ”Narkoba itu mahal,melanggar hukum, dan menghancurkan masyarakat. Tetapi jika masih ada yang menggunakan, itu bodoh,”ujar dia. Terpisah, salah satu pengguna yang baru sembuh setelah rehabilitasi,Apin Hermanto, menuturkan,bahaya narkobamemangsangatdahsyat. Sebab, selain merusak sendi-sendi kehidupan, juga memberikan efek psikis bagi penggunanya.

”Sulit sekali lepas dari efek ”merindu”. Artinya, hasrat untuk menggunakan pasti selalu muncul, itu menjadi penyakit psikologi berkepanjangan,” ungkapnya.

Read More......

Napi LP Cipinang Kendalikan Bisnis Narkoba

Kelihatan Akuang dalam mengendalikan bisnis hitam narkoba sungguh luar biasa. Meski terkurung di balik jeruji besi Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang Jakarta Timur, namun bandar narkoba itu tetap eksis menjalankan bisnis haram itu.

Sepak terjang pria keturunan ini nyaris tak terungkap bila saja anak buahnya, Suandi alias Acoy, tidak ditangkap petugas Satuan Narkoba Polsek Metro Cempaka Putih. Dengan tertangkapnya Acoy berikut barang bukti 300 butir pil ekstasi di Jl. Kemenangan III No. 90, RT. 005/002, Kelurahan Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, pada Minggu, 30 Nopember malam, akhirnya terbongkarlah jaringan pengedar narkoba yang dikendalikan seorang napi tersebut.

Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Ike Edwin didampingi Kasat Narkoba Kompol Yossy Runtukahu, Senin, 1 Des mengemukakan, terbongkarnya jaringan narkoba ini bermula dari informasi yang diperoleh tentang adanya transaksi narkoba di sebuah rumah yang berada di wilayah Taman Sari.



Berdasarkan informasi tersebut, beberapa Polisi ditugaskan untuk melakukan pengintaian. Petugas akhirnya memastikan kalau di dalam rumah itu ada Acoy pria yang selama ini ditengarai sebagai kurir narkoba. ”Acoy memang Target Operasi (TO) kami. Selama ini kami kesulitan menahannya karena tidak ada barang bukti,” ujar Kapolres.

Rumah di Jl. Kemenangan III itu langsung digerebek. Saat petugas masuk, Acoy sempat keberatan dan membantah kalau dirinya adalah kurir narkoba. Alasannya itu tidak digubris.

Polisi langsung menyebar ke setiap sudut ruangan untuk melakukan pengeledahan. Akhirnya ditemukan 300 butir ekstasi dari lemari yang ada di kamar. Kurir narkoba ini akhirnya tak berkutik.

Dalam pemeriksaan, Acoy buka suara. Dia mengaku kalau selama ini hanyalah seorang kurir yang biasa mengantar pesanan narkoba kepada pembeli. Pemilik barang haram itu adalah Akuang yang kini mendekam di LP Cipinang.

Read More......

Gembong narkotika ditangkap

Pemerintah Kolombia berhasil menangkap salah satu gembong besar narkotika yang paling diburu di negara itu, demikian pengumuman pemerintah.

Daniel Rendon Herrera, yang dikenal dengan nama "Don Mario" ditangkap Rabu dini hari dekat Necocli di Kolombia barat laut, demikian menurut para pejabat pemerintah Kolombia.

Pemerintah telah menawarkan hadiah sampai 2 juta dollar bagi informasi yang akan menyebabkan penangkapannya.

Kolombia adalah pemasok kokain utama dunia dan penyelundupan narkotika telah mengobarkan konflik selama berpuluh-puluh tahun di negara itu.

Daniel Rendon dituduh menyelundupkan ratusan ton kokain dari satu kawasan di pantai Karibia yang tahun 1990an dikuasainya saudara laki-lakinya -seorang pemimpin para militer yang sekarang berada di penjara.

Amerika Serikat meminta ekstradisinya

Sebelum penangkapannya Daniel Rendon menawarkan kepada para pengikutnya hampir seribu dollar bagi setiap polisi yang berhasil mereka bunuh karena aparat keamanan semakin memperketat kepungan mereka.

'Bernafas lega'

Mantan anggota paramiliter Persatuan Pasukan Pertahanan Diri Kolombia, AUC, yang sekarang dimobilisasikan itu menolak untuk menyerah diri sebagai bagian dari perjanjian damai.

Daniel Rendon justru menggunakan jaringan paramiliter untuk membangun tentara pribadi sampai 1.000 orang bersenjata. Ia juga menjalin perjanjian dengan para pemberontak FARC yang beraliran kiri, demikian laporan wartawan BBC, Jeremy McDermott dari ibukota Kolombia, Bogota.

Pemerintah telah melacak pria berusia 43 tahun ini selama berbulan-bulan, namun sebelumnya ia selalu berhasil mendahului polisi.

Lebih dari 500 komando polisi anti-narkotika dilaporkan terlibat dalam operasi untuk menangkapnya, yang dipimpin oleh kepala polisi Jenderal Oscar Naranjo.

Presiden Alvaro Uribe, yang sedang melawat ke Brazil ketika ia ditangkap, dilaporkan mengatakan "merasa lega" setelah diberitahu lewat telepon.

Namun wartawan BBC mengatakan di masa lalu ketika pemerintah membabat kepala kartel narkotika, beberapa gembong baru muncul, dan mungkin akan terjadi pertumpahan darah sekarang karena orang-orang berebut untuk mengambil alih kedudukannya.

Kelompok-kelompok bersenjata ilegal sangat erat terlibat dalam perdagangan narkotika di Kolombia dan menggunakan keuntungan untuk membiayai kegiatan mereka.



Banyak dari kokain yang diproduksi di Kolombia diselundupkan ke Amerika Serikat lewat Meksiko yang mengalami peningkatan besar kekerasan berkaitan dengan narkotika.

Kokain Kolombia juga diselundupkan ke Eropa, sering melalui Afrika Barat.

Amerika serikat adalah pemberi dana utama program anti-narkotika Kolombia, Plan Colombia, yang dimulai tahun 2000.

PBB melaporkan pengurangan jumlah tanaman koka pada tahun-tahun awal rencana itu, namun perkebunan koka naik 27 persen tahun 2007.

Read More......